Dari Kota Sibuk ke Pulau Surga

Dari Kota Sibuk ke Pulau Surga: Alasanku Hijrah ke Bali

Aku tumbuh dan besar di kota besar, tempat di mana kesibukan adalah hal biasa. Bangun pagi, terjebak macet, kerja sampai malam, lalu pulang hanya untuk mengulang semua keesokan harinya. Hidupku berjalan cepat, tapi rasanya hampa. Hari demi hari berlalu, tapi aku merasa seperti sedang stagnan.rusiaslot88

Lama-kelamaan aku mulai bertanya: apakah ini yang disebut hidup? Apakah benar aku harus terus mengikuti ritme yang melelahkan ini hanya demi “keamanan” atau “kesuksesan” versi orang lain?

Pertanyaan-pertanyaan itu menggangguku cukup lama. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mengambil cuti dan pergi ke Bali selama beberapa minggu. Tapi siapa sangka, perjalanan itu justru mengubah segalanya.

Di Bali, aku menemukan sesuatu yang tidak pernah aku temukan di kota: ruang untuk bernapas. Suasana yang tenang, alam yang masih asri, dan masyarakat yang hidup dengan ritme yang lebih pelan namun penuh makna. Di sini, waktu seolah melambat, tapi justru aku merasa lebih hidup.

Aku mulai menyadari bahwa aku bisa bekerja tanpa stres berlebih. Aku bisa bangun pagi dan menikmati matahari terbit, duduk di kafe sambil bekerja, dan sore harinya menyapa matahari yang tenggelam di pinggir pantai. Semua itu membuatku lebih tenang, fokus, dan surprisingly—lebih produktif.

Tentu, keputusan untuk hijrah ke Bali tidak mudah. Aku harus meninggalkan zona nyaman, teman-teman lama, dan rutinitas yang sudah akrab. Tapi dalam proses adaptasi itu, aku justru menemukan versi diriku yang lebih utuh. Versi yang tidak terjebak dalam tekanan sosial atau ambisi yang melelahkan.

Bali bukan hanya destinasi wisata bagiku. Ini adalah tempat di mana aku bisa membangun hidup yang

By admin

Related Post